Minggu, 19 Desember 2010

Intelektual pada lansia dan intervensi keperawatan

PENGERTIAN
Gerontik adalah Gerontologi+Geriatrik.
Gerontologi adalah cabang ilmu yang membahas atau menangani tentang proses penuaan dan masalah yang timbul pada orang yang berusia lanjut.
Geriatrik adalah berkaitan dengan penyakit atau kecacatan yang terjadi pada orang yang berusia lanjut. Geriatrik Nursing adalah praktek keperawatan yang berkaitan dengan penyakit pada proses menua (Kozier, 1987).
Keperawatan Gerontik adalah suatu pelayanan profesional yang berdasarkan ilmu dan kiat atau teknik keperawatan yang berbentuk bio-psiko-sosial-spiritual dan kultural yang holistik yang ditujukan pada klien lanjut usia baik sehat maupun sakit pada tingkat individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat. Ilmu yang mempelajari tentang perawatan pada lanjut usia (Kozier, 1987).
PROSES MENUA
Ø  PENGERTIAN PROSES MENUA
Aging process atau proses menua merupakan suatu proses biologis yang tidak dapat dihindarkan, yang akan dialami oleh setiap orang. Menua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan (graduil) kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau menggantikan dan mempertahankan struktur fungsi secara normal, ketahanan terhadap injury termasuk adanya infeksi (Paris Constantinides, 1994). Proses menua sudah mulai berlangsung sejak seseorang mencapai dewasa, misalnya dengan terjadinya kehilangan jaringan pada otot, susunan syaraf dan jaringan lain sehingga tubuh mati sedikit demi sedikit. Pada setiap orang, fungsi fisiologis alat tubuhnya sangat berbeda, baik dalam hal pencapaian puncak maupun saat menurunnya. Namun umumnya fungsi fisiologis tubuh mencapai puncaknya pada umur 20-30 tahun.

Ø  TEORI-TEORI PROSES PENUAAN
1.    Teori biologis
Teori biologis tentang penuaan dapat dibagi menjadi teori intrinsik dan ekstrinsik. Intrinsik berarti perubahan berkaitan dengan usia timbul akibat penyebab di dalam sel sendiri, sedangkan teori ekstrinsik menjelaskan bahwa perubahan yang terjadi diakibatkan penngaruh lingkungan. Teori biologis dibagi dalam:
1)   Teori Genetik Clock
Menurut teori ini menua telah terprogram secara genetic untuk spesies-spesies tertentu.
2)   Teori Error Catastrophe (Teori Mutasi Somatik)
Menua disebabkan kesalahan yang beruntun dalam jangka waktu yang lama dalam transkripsi dan translasi.
3)   Teori Auto Imune
Di dalam proses metabolisme tubuh, suatu saat diproduksi zat khusus. Sebagai contoh ialah tambahan kelenjar timus yang pada usia dewasa berinvolusi dan semenjak itu terjadilah kelainan autoimun (Godteris & Brocklehurst, 1989).
4)   Teori Radikal Bebas
Radikal bebas dapat terbentuk di alam bebas, tidak stabilnya radikal bebas (kelompok atom) mengakibatkan oksidasi oksigen bahan-bahan organik seperti karbohidrat dan protein. Radikal ini menyebabkan sel-sel tidak dapat beregenerasi.
5)   Pemakaian dan Rusak
Kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah (rusak).
6)   Teori “imunology slow virus” (imunology slow virus theory)
Sistem imune menjadi kurang efektif dengan bertambahnya usia dan masuknya virus kedalam tubuh dapat menyebabkan kerusakan organ tubuh.
7)  Teori Stres
Menua terjadi akibat hilangnya sel-sel yang biasa digunakan tubuh. Regenerasi jaringan tidak dapat mempertahankan kestabilan lingkungan internal, kelebihan usaha dan stres menyebabkan sel-sel tubuh lelah terpakai.
8)  Teori Rantai Silang
Sel-sel yang tua atau usang, reaksi kimianya menyebabkan ikatan yang kuat, khususnya jaringan kolagen. Ikatan ini menyebabkan kurangnya elastis, kekakuan dan hilangnya fungsi.
9)   Teori Program
Kemampuan organinisme untuk menetapkan jumlah sel yang membelah setelah sel-sel tersebut mati.
2.    Teori kejiwaan sosial
1)   Aktivitas atau kegiatan (activity theory)
Menurut Havighusrst dan Albrecht, 1953 berpendapat bahwa sangat penting bagi individu usia lanjut untuk tetap aktivitas dan mencapai kepuasan hidup.
2)   Kepribadian berkelanjutan (continuity theory)
Teori ini menyatakan bahwa perubahan yang terjadi pada seseorang yang lanjut usia sangat dipengaruhi oleh tipe personality yang dimiliki.
3)   Teori pembebasan (disengagement theory)
Teori ini menyatakan bahwa dengan bertambahnya usia, seseorang secara berangsur-angsur mulai melepaskan diri dari kehidupan sosialnya.
2.    Teori psikologi
Teori-teori psikologi dipengaruhi juga oleh biologi dan sosiologi salah satu teori yang ada.
3.    Teori kesehatan genetik
dr. Afgel berpendapat bahwa proses menjadi tua ditentukan oleh kesalahan sel genetik DNA dimana sel genetik memperbanyak diri (ada yang memperbanyak diri sebelum pembelahan sel) sehingga mengakibatkan kesalahan-kesalahan yang berakibat pula dengan terhambatnya kesalahan-kesalahan yang berakibat pula dengan terhambatnya pembentukan sel berikutnya sehingga mengakibatkan kematian sel.
4.    Rusaknya sistem imun tubuh
Mutasi yang terjadi secara berulang mengakibatkan kemampuan sistem imun untuk mengenali dirinya berkurang (self recognition) menurun mengakibatkan kelainan pada sel, dianggap sel asing sehingga dihancurkan perubahan inilah terjadinya peristiwa auto imun.
5.    Teori menua akibat metabolisme
Pada zaman tempo dulu pendapat tentang tua : botak, mudah bingung, pendengaran sangat menurun atau menyebut mereka “budeg”, menjadi bungkuk dan sering dijumpai kesulitan dalam menahan buang air kecil : beseran atau inkontinensia urin. 
Ø  MITOS-MITOS LANJUT USIA DAN REALITANYA
1)     Mitos kedamaian dan ketenangan
Pada usia lanjut dapat santai menikmati hasil kerja dan jerih payahnya pada usia muda serta dewasanya. Badai dan berbagai guncangan kehidupan seakan akan sudah dilewati. Kenyataan sebaliknya usia lanjut penuh dengan stress karena kemiskinan dan berbagai keluhan serta penderitaan karena penyakit.

2)    Mitos konservatisme dan kemunduran pandangan
Diusia lanjut pada umumnya adalah: konservatif, tidak kreatif, menolak inovasi, berorientasi ke masa silam, ketinggalan jaman, merindukan masa lalu, kembali ke masa anak-anak, susah berubah, keras kepala dan bawel. Kenyataan tidak semua lansia bersifat dan berperilaku demikian. Sebagian tetap tegar berpandangan ke depan dan inovatif serta kreatif.

3)     Mitos berpenyakitan
Pada lanjut usia dipandang sebagai masa degeneratif biologis yang disertai oleh berbagai penderita akibat berbagai proses penyakit.kenyataannya memang proses menua disertai dengan menurunnya daya tahan tubuh serta metabolisme sehinnga rawan terhadap penyakit,tetapi masa sekarang banyak penyakit yang dapat dikontrol dan diobati.

4)    Mitos senilitas
Usia lanjut dipandang sebagai masa dimensia (pikun) yang disebabakan oleh kerusakan bagian tertentu dari otak. Kenyataannya tidak semua usia lanjut dalam proses penuaan disertai kerusakan pada otak. Mereka masih tetap sehat dan segar dan banyak cara untuk menyesuaikan diri terhadap perubahan daya ingat

5)    Mitos ketidakproduktifan
Pada usia lanjut dipandang sebagai usia yang tidak produktif. Kenyataan tidak demikian,masih banyak usia lanjut yang mencapai kematangan dari produktivitas mental dan materialnya yang tinggi.
 
Ø  PERUBAHAN-PERUBAHAN YANG TERJADI PADA LANSIA
1.    Perubahan kondisi fisik
Meliputi perubahan dari tingkat sel sampai ke semua sistem organ tubuh, diantaranya sistem pernafasan, pendengaran, penglihatan, kardiovaskuler, sistem pengaturan tubuh, muskuloskeletal, gastrointestinal, genito urinaria, endokrin, dan integuman, dan masalah-masalah fisik sehari-hari yanng sering ditemukan pada lansia adalah sebagai berikut:
·         Mudah jatuh
·         Mudah lelah
·         Kekacauan mental akut
·         Nyeri pada dada, berdebar-debar
·         Sesak nafas pada saat melakukan aktivitas kerja fisik
·         Pembengkakan pada kaki bawah
·         Nyeri pinggang atau punggung dan sendi pinggul
·         Sulit tidur dan sering pusing-pusing
·         Berat badan menurun
·         Gangguan pada fungsi penglihatan, pendengaran, dan sukar menahan air kencing

2.    Perubahan kondisi mental
Faktor-faktor yang mempengaruhi perubahan kondisi mental:
1)     Pertama-tama perubahan fisik, khususnya organ perasa
2)    Kesehatan umum
3)     Tingkat pendidikan
4)    Keturunan (hereditas)
5)    Lingkungan
6)    Gangguan syaraf panca indera, timbul kebutaan dan ketulian
7)    Gangguan konsep diri akibat kehilangan jabatan
8)    Rangkaian dari kehilangan, yaitu kehilangan hubungan dengan teman atau famili
9)    Hilangnya kekuatan dan ketegapan fisik, perubahan terhadap gambaran diri, perubahan konsep diri

3.    Perubahan psikososial
Perubahan mendadak dalam kehidupan rutin barang tentu membuat mereka merasa kurang melakukan kegiatan yang berguna antara lain:
1)     Minat
Pada umumnya diakui bahwa minat seseorang berubah dalam kuantitas maupun kualitas pada masa lanjut usia. Lazimnya minat dalam aktivitas fisik cenderung menurun dengan bertambahnya usia.
2)    Isolasi kesepian
Makin menurunnya kualitas organ indera yang mengakibatka ketulian, penglihatan yang makin kabur, dan sebagainya. Selanjutnya membuat orang lanjut usia merasa terputus dari hubungan dengan orang-orang lain.
Dengan makin lanjutnya usia, kemampuan mengendalikan perasaan dengan akal melemah dan orang cenderung kurang dapat mengekang dari dalam perilakunya.
3)     Peranan iman
Namun demikian, hampir tidak dapat disangkal lagi bahwa iman yang teguh adalah senjata yanng paling ampuh untuk melawan rasa takut terhadap kematian. Usia lanjut memang merupakan masa dimana kesadaran religius dibangkitkan dan diperkuat.

4.    Perubahan kognitif
1)     Kemunduran umumnya terjadi pada tugas-tugas yang membutuhkan kecepatan dan tugas yang memerlukan memori jangka pendek.
2)    Kemampuan intelektual tidak mengalami kemunduran.
3)     Kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosakata) akan menetap bila tidak ada penyakit.

5.    Perubahan spiritual
1)     Agama atau kepercayaan makin terintegrasi dalam kehidupannya (Maslow, 1970)
2)    Lanjut usia makin matur dalam kehidupan keagamaannya, hal ini terlihat dalam berfikir dan bertindak dalam sehari-hari (Murray dan Zentner, 1970)
3)     Perkembangan spiritual pada usia 70 tahun menurut Fowler: Universalizing, perkembangan yang dicapai pada tingkat ini adalah berfikir dan bertindak dengan cara memberikan contoh cara mencintai dan keadilan.

PERUBAHAN KOGNITIF PADA MANULA ”SEHAT
Perubahan intelek, memori dan variable psikologi lainnya sudah banyak diteliti pada manula yang “normal”. Dari berbagai penelitian yang telah dilakukan didapatkan beberapa hal :
1.    Kinerja intelektual sebagaimana yang diukur dengan tes kemampuan verbal dalam bidang vokabular (kosa kata), informasi dan komprehensi mencapai puncaknya pada usia 20-30 tahun dan kemudian menetap sepanjang  hidup, setidak-tidaknya sampai usia pertengahan 80-an tahun, bila tidak ada penyakit.
2.    Kemampuan melaksanakan tugas yang diberi batas waktu, yang terkait waktu, yang membutuhkan kecepatan, misalnya kecepatan mengolah informasi, mencapai puncaknya pada usia sekitar 20 tahun, kemudian menurun lambat laun sepanjang hidup.
Walaupun sebagaian dari penurunan kecepatan ini diakibatkan oleh perubahan dalam bidang motorik dan kemampuan persepsi, didapat bukti bahwa kecepatan pemrosesan di pusat saraf menurun dengan meningkatnya usia. Perubahan ini dialami oleh hamper semua orang yang mencapai usia 70-an. Namun didapatkan juga penyimpangan, yaitu beberapa orang usia 70 tahun melaksanakannya lebih baik daripada yang berusia 20 tahun. Kemunduran terdapat pada performance terutama pada tugas yang membutuhkan kecepatan dan juga pada tugas yang memerlukan memori jangka pendek.

MEMORI (DAYA INGAT, INGATAN)
Pelupa merupakan keluhan yang sering dikemukakan oleh manula. Keluhan ini dianggap lumrah dan biasa oleh masyarakat disekitarnya. Keluhan ini didasarkan atas fakta. Dari penelitian “cross-sectional” dan longitudinal didapatkan bahwa kebanyakan-namun tidak semua-individu mengalami gangguan memori dan belajar dengan melanjutnya usia, terutama setelah usia 70 tahun.
Namun, kemunduran daripada sub-sistem yang membangun proses memori dan belajar, tidak serupa tingkat kemundurannya. Memori merupakan proses yang rumit. Memori menghubungkan masa lalu dengan masa kini. Banyak jenis memori yang diketahui, misalnya memori jangka pendek dan jangka panjang, memori verbal dan visuospatial; memori olfaktoar, auditoar, taktil dan kinestetik.

Ø  Proses memori
Proses perekaman dan pemanggilan informasi yang diingat dapat disederhanakan sebagai berikut:
Input informasi àregistrasiàenkodingàstorage (penyimpanan)àpemanggilan (retrieval)àoutput informasi.

Ø   Encoding
Agar suatu informasi dapat disimpan perlu diperhatikan,di registrasi. Ini merupakan tingkat pertama. Informasi ini kemudian ditransfer kedalam memori, disebut encoding.
Kondisi encoding ikut mempengaruhi daya atau tingkatan penyimpanan, misalnya : encoding semantic (menyimpan menurut makna, arti) biasanya memberikan memori yang lebih mantap daripada encoding fonologis (menyimpan menurut bunyi).

Ø   Penyimpanan (storage)
“storage” merupakan prosses dimana informasi dipertahankan dalam memori. Ini bukan merupakan penyimpanan informasi yang statis. Jaringan informasi ini ditata kembali secar aktif.
Informasi akan lebih kuat tersimpan bila digunakan berkali-kali, suatu proses yang disebut konsodilasi. Penyimpanan berbagai informasi ini berbeda-beda, misalnya memori semantic, memori episodic, memori deklaratif, memori procedural. Contoh :
Mengetahui apa yang saya makan waktu sarapan pagi, ini adalah memori episodic.
Mengetahui arti kata sarapan, yaitu makan pagi, merupakan kemampuan sematik.
Kedua jenis memori ini dapat pula disebut memori deklaratif (memori dari fakta-fakta).
Memori procedural ialah memori suatu skill dan rutin. Misalnya mengetahui bagaimana menyetir mobil merupaakan memori procedural. Mengetahui bagaimana mesin mobil bekerja merupakan memori deklaratif.

Ø   Retrieval (memanggil kembali, recall)
Retrieval merupakan proses dimana informasi dipanggil kembali dari memori. Memori dapat pula dibagi dari segi waktu, yaitu : memori seketika, jangka pendek, baru dan jangka panjang. Pada memori seketika (immediate) subyek memanggil kembali stimulus yang diberikan padanya beberapa menit sebelumnya. Fungsi memori ini terganggu pada derilium. Memori jangka pendek (short term) mencakup kejadian selama 30 menit terakhir. Memori ini terganggu pada sindrom amnesia. Memori baru (recent) mencakup kejadian antara 30 menit sebelumnya sampai beberapa minggu. Memori ini dapat terganggu pada berbagai keadaan, misalnya delirium, sindrom amnesia dan demensia. Memori jangka panjang (remote) mencakup kejadian yang lebih lama dari beberapa minggu lalu.

KEMAMPUAN INTELEKTUAL PADA LANSIA
Dari penelitian diketahui bahwa hidup maksimal yang dapat dicapai manusia adalah 116-120 tahun. Tiap kemunduran intelektual sebelum usia 50 tahun adalah abnormal atau patologis.
Menurut david Wechsler dalam Desmita (2008) kemunduran kemampuan mental merupakan bagian dari proses penuaan organisme sacara umum, hampir sebagian besar penelitian menunjukan bahwa setelah mencapai puncak pada usia antara 45-55 tahun, kebanyakan kemampuan seseorang secara terus menerus mengalami penurunan, hal ini juga berlaku pada seorang lansia.
Dari penelitian diketahui bahwa ada fungsi otak yang sedikit saja mengalami perubahan atau tidak mengalami perubahan dengan melanjutnya usia, misalnya dalam menyimpan (storage) informasi. Namun dengan melanjutnya usia didapatkan penurunan yang kontinyu daripada kecepatan belajar, kecepatan memproses informasi baru dan kecepatan bereaksi terhadap stimulus sederhana atau kompleks.
Ketika lansia memperlihatkan kemunduran intelektualiatas yang mulai menurun, kemunduran tersebut juga cenderung mempengaruhi keterbatasan memori tertentu. Misalnya seseorang yang memasuki masa pensiun, yang tidak menghadapi tantangan-tantangan penyesuaian intelektual sehubungan dengan masalah pekerjaan, dan di mungkinkan lebih sedikit menggunakan memori atau bahkan kurang termotivasi untuk mengingat beberpa hal, jelas akan mengalami kemunduran memorinya. Kemerosotan intelektual lansia ini pada umumnya merupakan sesuatau yang tidak dapat dihindarkan, disebabkan berbagai faktor, seperti penyakit, kecemasan atau depresi

Ø  Ganggu Intelektual
Gangguan intelektual yang berlangsung progresif disebut demensia, muncul secara perlahan tetapi progresif (biasanya selang bulanan hingga tahunan). Demensia merupakan kelainan yang paling ditakuti dikalangan lansia, meskipun kelainan ini tidak tampak keberadaannya. Usia jompo sendiri bukanlah penyebab langsung demensia, tetapi demensia merupakan gangguan penyerta akibat perubahan-perubahan yang berlangsung pada system saraf pusat. Selanjutnya gangguan depresi juga merupakan factor penyebab kemunduran intelektual yang cukup sering ditemukan, namun sering kali terabaikan. Kejadian depresi ini terdapat pada 5-10% lansia dalam suatu komunitas. Timbulnya depresi disebabkan oleh adanya suasana hati yang bersifat depresi yang berlangsung sekurang-kurangnya dua minggu yang disertai keluhan-keluhan vegetative (berupa gangguan tidur, penurunan minat, perasaan bersalah, merasa tidak bertenaga, kurang konsentrasi hilangnya nafsu makan, gejala psikomotor, hingga keinginan bunuh diri).

Ø  Upaya mengatasi kekurangan mental dan memperlambat perburukan pada menua yang normal
Kita mengetahui bahwa beberapa kemampuan mental menurun dengan melanjutkan usia, misalnya memori jangka pendek dan kecepatan melakukan tugas-tugas tertentu. Upaya apakah yang dapat menetralisir keadaan ini. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan :
1.    Membawa catatan kecil,untuk menulis janji yang harus ditepati, nomer telepon yang penting dan sebagainya.
2.    Menyusun informasi yang akan diingat. Waktu kita di bangku sekolah atau di fakultas, pelajaran yang kita harus hafal kita buat ringkasannya, kita atur dan susun agar mudah mengingatnya. Kita ciptakan kaitan-kaitan atau singkatan-singkatan. Contoh : gejala lumpuh ferifer ialah 3A (Atrofi, Atoni, Arefleksia),di hari tua, teknik ini dapat digunakan.
3.    Memakai imajinasi visual, mengaitkan dengan objek yang sudah di kenal. Bila kita harus mengingat nama kota madras, kita kaitkan dengan kata madrassah, kita bayangkan madrasah kemudian kita masukkan ke ingatan kita.
4.    Meningkat kan kemampuan konsentrasi dan memusatkan perhatian. Bila kita kurang konsentrasi dan kurang memusatkan perhatian tentulah apa yang di dengar dan dilihat lebih mudah terlupakan.
5.    Menempatkan benda di tempat tertentu, sehingga mudah di ingat. Misalnya : kita sering lupa dimana kita menaruh kunci mobil atau kaca mata. Begitu banyak waktu terbuang untuk mencari nya karena lupa dimana diletakkan. Hal ini dapat diatasi bila kita membuat kebiasaan untuk menempatkan kunci mobil atau kacamata di satu tempat.
Ø  Mengupayakan agar kemampuan memori dan kognitif dapat dipertahan kan dan tidak merosot
Penelitian mengenai hal ini belum banyak. Namun banyak ahli mendapat kesan bahwa bila kita latih otak kita, kita sibukkan otak kita, maka kemunduran mental dapat diperlambat. Kita kenal ungkapan-ungkapan seperti: “train your brain” use it, or you loose it”!
Manula umumnya masih dapat melakukan lebih bnyak dari pada biasanya diharapkan dari mereka. Bila mereka ingin memelihara kemampuan nya, kemampuan ini harus selalu di gunakan. Sering tugas yang dilakukan nya belum menggunakan kemampuan nya secara optimal. Latihan-latihan dapat membantu keadaan ini. Menua secara normal bukan lah berarti terjadinya degenerasi kepribadian, namun, inaktifitas dan menganggur terus menerus mengandung bahaya yang dapat mengakibatkan desintegrasi kepribadian. Kemampuan memori dapat ditingkat kan melalui latihan misalnya :
1.      Konsentrasi
2.     Melatih memori jangka pendek
3.      Mereproduksi
4.     Memformulasi
5.     Asosiasi
6.     Mengenal
7.     Mengisi teka teki silang
8.     Megikuti kuis yang ditayangkan di televise
9.     Jangan lupa memelihara kesehatan

AKTIVITAS MENTAL
Aktivitas mental juga sama pentingnya dengan aktivitas fisikdalam mencapai penuaan yang sukses. Banyak aktivitas yang banyak dilakukan oleh lansia akan menolong pikiran mereka untuk tetap aktif dan membantu merekamengembangkan intelektualnya lebih jauh lagi. Bahkan, bukti menunjukkan bahwa lansia yang mendapatkan lebih banyak edukasi dan stimulasi mental memiliki kemungkinan lebih kecil untuk menderita demensia type Alzheimer, atau setidaknya perkembangan demensia dapat ditunda.
Lansia yang aktif dan sehat dapat terus belajar dan dapat dimotivasi untuk menyelesaikan pendidikan tinggi atau memulai pendidikan yang baru. Dengan adanya peningkatan rentang usia mahasiswa setiap tahun, mahasiswa yang berusia 50-60, atau 70 tahun tidak akan merasa terasing dari dunia kampus. Beberapa universitas menawarkan pengurangan biaya kuliah untuk mahasiswa yang berusia 55 tahun keatas. Program untuk lansia pada pendidikan tinggi dan universitas menawarkan pendidikan selama musim panas dan kursus singkat dengan biaya minimal untuk lansia yang senang bepergian ke daerah-daerah lain selama musim panas.
Tren yang lain adalah berbagai karir seumur hidup. Seseorang dapat berhenti dari suatu karir pada usia 40 tahun setelah bekerja 20 tahun dan pensiun dari karir yang kedua pada usia 60 tahun setelah 20 tahun bekerja. Orang ini dapat dengan mudah menghabiskan 20 tahun lagi pada karir yang ke-3. Lansia yang lain lebih senang untuk menghabiskan waktu dengan membaca buku-buku baru, belajar bahasa asing, atau mengambil pelajaran musik. Mempelajari ketrampilan-ketrampilan tekhnis ini pada usia 70 tahun mungkin tidak semudah belajar seperti pada usia 10 tahun, tetapi hal ini mungkin terjadi pada lansia yang aktif dan memiliki motivasi tinggi.

FUNGSI KOGNITIF LEBIH TINGGI
Wawancara harus diawali dengan pertanyaan yang berkenaan dengan kepentingan pasien. Cara pengawalan seperti ini membantu pewawancara mengetahui kemampuan ingatan pasien dan menghilangkan ansietas. Pertanyaan-pertanyaan pengenalan yang mengekspresikan minat  terhadap pasien selaku seorang manusia, seperti pertanyaan mengenai jabatan, anak-anak, cucu, dan hobi, seringkali mendorong timbulnya respons-respons yang mengindikasikan tingkat fungsi mental dan fungsi sosial pasien saat ini serta tingkat fungsi terdahulunya. Penampilan menyeluruh dan cara berpakaian, postur, prilaku, wicara, dan pilihan kata dan memberikan masukan bagi pengamat secara seksama. Pemeriksa harus selalu sadar akan kemungkinan terjadinya penurunan kemampuan pendengaran dan penglihatan, yang menandakan terjadinya gangguan kognitif.
Seorang pasien lansia pada saat pertama kali bertemu seorang dokter atau perawat mungkin akan merasa cemas mengenai hasil pertemuan yang negatif. Pasien mungkin akan datang untuk diwawancarai dengan rasa enggan atau mungkin malah dipaksa oleh keluarga atau tetangga. Pasien mungkin kuatir bila nantinya dokter atau perawat akan menentukan bahwa dia “gila”. Bahkan dalam lingkungan yang bebas ancaman pun, wawancara tersebut dapat menyebabkan ansietas, mengakibatkan terjadinya kebingungan yang jelas terekam, ketidakakuratan atau ketidaklengkapan laporan informasi, dan kinerja yang buruk saat pengujian. Terciptanya rasa takut akan terjadinya kesalahan, dan pasien mungkin akan enggan untuk melakukan tugas-tugas yang diminta. Gangguan-gangguan ingatan dan intelegensia yang terjadi selama pemeriksaan mungkin cenderung merupakan suatu refleksi stres fisik dan depresi dan bukan akibat atau gejala terjadinnya demensia.
Tabel: Fungsi-Fungsi Kognitif Yang Lebih Tinggi
Lokasi
Pengkajian
Lobus frontal
Acungkan jari setiap kali pemeriksa mengepalkan tangan dan kepalkan tangan setiap kali pemeriksa mengacungkan jarinya.
Lobus temporal
Dominan: Pengetesan standar untuk kasus afasia (wicara spontan, pengulangan, pengertian menyeluruh, menulis, dan menyebutkan nama-nama objek yang diperlihatkan).
Nondominan: Menginterpretasikan afek (menyatakan afek yang terlihat dalam foto-foto wajah atau efek yang terkandung dalam suara pemeriksa).
Lobus parietal
Dominan: Menyebutkan nama masing-masing jari tangan, mengetahui sebelah kiri dan sebelah kanan, melakukan penghitungan di atas kertas, atau membaca.
Nondominan: mengkonstruksi ulang gambar-gambar batang-batang diagram yang dibuat oleh pemeriksa.
Lobus oksipital
Mencocokkan warna atau objek bila tidak dapat menyebutkan nama-namanya.

Pengkajian mengenai kesadaran diri (insight) dan penilaian memiliki implikasi yang penting untuk pengkajian ketrampilan mengemudi dan kebebasan. Kecelakaan dan luka bakar lazim terjadi pada orang-orang yang mengalami gangguan kognitif dengan insight dan penilaian yang buruk. Observasi respons-respons pasien terhadap pengujian status mental dan juga terhadap percakapan untuk mencatat apakah pernyataan-pernyataan yang diberikan, salah menandakan adanya kekurangan sampai pada defisit insight.
Pengujian peribahasa dan kemiripan dapat memberikan keterangan berkenaan dengan kemampuan pasien dalam memberi alasan, keadaan intelegensia, dan pemilaian pasien terhadap sesuatu. Pemeriksa harus cermat terhadap kenyataan bahwa pasien hanya mengulang peribahasa, mengandalkan ingatannya dan bukan memberikan suatu alasan mengenai apa interpretasi abstrak dari peribahasa yang dilontarkan tersebut.

PROSES ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
Ø  Teknik pengkajian pada lansia
Pengumpulan data
1.    Riwayat Kesehatan
Perawat melakukan pengkajian pada klien dengan cara menanyakan pada klien tentang riwayat kesehatan yang ada padanya. Tanyakan bagaimana riwayat kesehatan masa lalu, apakah pernah mengalami sakit, sakit apa, berobat kemana, apa pernah masuk rumah sakit, dapat obat apa saja, pengobatannya tuntas atau tidak. Sedangkan untuk riwayat kesehatan saat ini tanyakan bagaimana kondisi klien saat ini, apa ada yang dikeluhkan, dan bagaimana status kesehatannya secara umum. Perawat melakukan pengkajian kepada klien, sehingga memperoleh gambaran tentang apa yang dialami klien pada masa lalu dibandingkan kondisi saat ini.
2.    Aspek Pengkajian
a.    Fisik dan biologis
·         Wawancara riwayat kesehatan
·         Pemeriksaan fisik

b.   Psikologis
·         Dilakukan saat berkomunikasi dengan klien, untuk mengetahui fungsi kognitif, termasuk daya ingat, proses pikir, alam perasaan, orientasi terhadap realitas, dan kemampuan dalam menyelesaikan masalah.
·         Serta perubahan-perubahan umum yang terjadi antara lain:
ü  Penurunan daya ingat
ü  Proses pikir lambat
ü  Adanya perasaan sedih
ü  Merasa kurang perhatian

c.   Sosial ekonomi
·         Bagaimana lansia membina keakraban dengan teman sebaya maupun dengan lingkungannya dan bagaimana keterlibatan lansia dalam organisasi sosial.
·         Penghasilan yang diperoleh.
·         Perasaan sejahtera dalam kaitannya dengan sosial ekonomi.

d.   Spiritual
·         Berkaitan dengan keyakinan agama yang dimiliki dan sejauh mana keyakinan tersebut dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

e.    Kognitif
Mengkaji kondisi kognitif lansia, apa daya ingat lansia mempengaruhi penurunan, mudah lupa, masih mengingat hal-hal yang terjadi di masa lalu, dan lain-lain.

f.    Status mental
Mengkaji kondisi status mental lansia, apakah lansia mudah tersinggung, emosi lansia labil/stabil.
Analisa data
Setelah dilakukan pengumpulan data melalui kegiatan wawancara dan pemeriksaan fisik, kemudian dilakukan analisis data. Analisis data adalah kemampuan untuk mengaitkan data dan menghubungkan data dengan kemampuan kognitif yang dimiliki, sehingga dapat diketahui kesenjangan atau masalah yang dihadapi oleh lansia. Tujuan analisis data di antaranya:
1.    Menetapkan kebutuhan lansia
2.    Menetapkan kekuatan
3.    Mengidentifikasikan pola respon lansia
4.    Mengidentifikasikan kecenderungan penggunaan layanan kesehatan
Penentuan masalah atau perumusan masalah
Berdasarkan analisa data, dapat diketahui masalah kesehatan dan keperawatan yang dihadapi oleh masyarakat. Selanjutnya dengan masalah tersebut perawat dapat menyusun rencana asuhan keperawatan yang selanjutnya dapat dilakukan intervensi.
Ø  Intervensi keperawatan                 
Intervensi keperawatan pada gangguan fungsi kognitif
ü  Cara-cara meningkatkan kemampuan mengingat dapat diuraikan berikut ini:
Peningkatan memori (daya ingat) dapat dilakukan dengan cara seperti mencatat sesuatu pada daftar, kalender, atau buku catatan, serta memakai alarm sebagai pengingat selain menggunakan cara-cara tradisional seperti senantiasa meletakkan sesuatu selalu ditempat tertentu.
Terdapat pula cara atau teknik pelatihan yang ditujukan khusus untuk meningkatkan daya ingat dan aspek kognitif secara umum, yang tergolong ketrampilan khusus.
ü  Meningkatkan hubungan personal dan komunikasi
a.    Masalah yang sering ditemukan adalah penurunan daya ingat, pikun, depresi, mudah marah dan tersinggung, serta curiga. Hal ini dapat terjadi karena hubungan interpersonal yang tidak adekuat.
b.   Berikut ini upaya yang dapat dilakukan perawat untuk meningkatkan hubungan personal dan komunikasi dengan lansia.
·         Ada kontak mata ketika berkomunikasi
·         Memberikan stimulus/mengingatkan lansia terhadap kegiatan yang akan dilakukan
·         Menyediakan waktu untuk berbincang-bincang dengan lansia
·         Memberikan kesempatan kepada lansia untuk mengekspresikan terhadap respon non verbal lansia
·         Menghargai pendapat lansia
·         Melibatkan lansia dalam kegiatan sehari-hari sesuai dengan kemampuan yang dimiliki


DAFTAR PUSTAKA

Iqbal Mubarak. Wahit, SKM. dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Komunitas 2, CV. Sagung Seto. Jakarta
Iqbal Mubarak. Wahit, SKM, Adi Santoso Bambang. 2009. Ilmu Keperawatan Komunitas Konsep dan Aplikasi. Salemba Medika. Jakarta
Joseph J. Gallo, dkk. 1998. Buku Saku Gerontologi. EGC. Jakarta
Prof. Dr. dr. SM Lumbantobing. 2006. Kecerdasan Lansia Pada Usia Lanjut Dan Dimensia. Balai Penerbit FKUI. Jakarta
Stanley. Mickey, dkk. 2006. Buku Ajar Keperawatan Gerontik Edisi 2. Jakarta. EGC
Tamher-Noorkasiani S. 2008. Kesehatan Usia Lanjut Dengan Pendekatan Asuhan Keperawatan. Salemba Medika. Jakarta